Saat ini, sedang tren terkait revolusi industri 4.0 yang dipicu oleh perkembangan pesat di bidang teknologi komunikasi, informasi dan internet. Selain itu, society 5.0 sebagai respon terhadap industri 4.0 yang didominasi oleh mesin dalam seluruh aspek aktivitas manusia dapat menimbulkan permasalaham sosial dan hilangnya humanisme. Presiden RI, Joko Widodo juga mengingatkan tantangan industri 4.0 menjadikan salah satunya persaingan semakin ketat dan kemampuan bisa runtuh.
Hal ini, sama dengan profesi Akuntan. Setidaknya 15 juta pekerjaan akan lepas ke orang-orang teknologi pada tahun-tahun yang akan datang, 59% pemilik usaha kecil tidak akan membutuhkan lagi Akuntan dalam 10 tahun ke depan, konsep reporting analisis bisa mengalami perubahan & makanya profesi yang bisa tergantikan oleh AI ialah Akuntan. “Maka yang harus dilakukan oleh Akuntan pada generasi milenial di antaranya memperkuat keahlian (mastering skills), membuka wawasan (opening mind), dan menanamkan nilai & etika yang kuat (instilling strong values & ethics) untuk dapat bertahan menghadapi perubahan dan terus memberikan kontribusi terhadap peradaban,” ucap Kepala Direktorat Penelitian dan Pengembangan BPK RI Dwi Setiawan Susanto seperti dikutip dari laman UI, Rabu (24/9/2019). Akuntan menurutnya, profesi strategis yang memerlukan long range vision tidak hanya andal dengan data dari masa lampau namun juga memiliki pandangan jauh ke depan. Perubahan peran Akuntan ke depan di antaranya providing insights from data, becoming an advisor, partnering with technology, and expanding into new areas.
Apakah Itu Akan terjadi ?
Sebelum kita menyimpulkan mari kita tarik kebelakang……..
Sejarah Perkembangan Akuntansi di Indonesia
Akuntansi di Indonesia sudah masuk ke Indonesia sejak zaman kerajaan di masa yang lalu, seperti kerajaan Majapahit, kerajaan Sriwijaya, dan kerajaan Mataram. Zaman kerajaan dapat disebut menjadi pintu masuk bagi akuntansi untuk berkembang di Indonesia. Hal tersebut dapat diperkirakan bahwa Kerajaaan-Kerajaan tersebut telah memiliki pengelolaan keuangan yang cukup baik, hal ini dapat disimpulkan dari besarnya kerajaan dan luasnya jaringan perdagangan yang sampai Eropa. Pada awal penerapan akuntansi modern di Indonesia dimulai ketika masa colonial Belanda tepatnya pada tahun 1842 ketika gubernur Belanda dari Hindia-Belanda mengeluarkan peraturan tentang penerimaan kas, piutang, anggaran untuk garnisun, dan pengiriman kapal di Batavia dicatat dengan menggunakan jurnal. Jurnal ini adalah buku untuk mencatat transaksi sebelum ditransfer ke jurnal sesungguhnya.Mereka juga menjelaskan cara penggunaan dari ledger atau buku besar. Bagaimanapun, Belanda sampai taraf tertentu berhasil mengubah proses tradisional pengembangan akuntansi ke dalam dominasi kolonial akuntansi, di mana semua istilah dan tindakan menjadi sasaran tujuan kolonialisme Belanda.
Belanda datang ke Indonesia pada akhir abad ke-16 untuk berdagang dan kemudian membentuk organisasi maskapai yang bernama VOC ( Vereenigde Oost Indische Compagnie). Pada tahun 1602 terjadi peleburan 14 maskapai dan tahun1619 membuka cabang di Batavia dan kota lain di Indonesia. VOC berakhir padatahun 1799 dan setelah itu kekuasaan diambil alih oleh Kerajaan Belanda. Sejak itu muncul perusahaan Belanda di Indonesia. Catatan pembukuan menekankan pada mekanisme debit dan kredit berdasarkan praktik dagang untuk kepentingan perusahaan Belanda saja. Tetapi sejak Belanda menyerah kepada Jepang pada tanggal 9 Maret 1942 pada akhirnya jepang merubah segala bentuk sistem akuntansi Belanda. Sistem yang dirubah Jepang adalah sistem administrasi dan kekuatan ekonominya dilucuti, serta orang-orang Eropa yang saat itu memegang sektor penting untuk dialihkan kepada kepentingan peperangan. Orang-orang Jepang ditempatkan di posisi manajemen tingkat atas dan orang-orang Indonesia di posisi menengah dan bawahtanpa mengubah sistem pengetahuan akuntansi waktu era kolonial Belanda.
Awalnya tidak banyak orang Indonesia yang terjun dalam bidang akuntansi. Kalaupun ada, pada zaman penjajahan Belanda mereka hanyalah merupakan tenaga-tenaga pembantu ataupun pelaksana. Orang Indonesia pertama yang bekerjadi bidang akuntansi adalah J. D. Massie yang pada zaman itu diangkat sebagai pemegang buku untuk jawatan akuntan pajak. Pada zaman pendudukan Jepang, Indonesia sangat kekurangan tenaga khususnya di bidang akuntansi. Jabatan jabatan pimpinan di keuangan didominasi sebanyak 90% oleh bangsa Belanda. Melihat hal itu seorang bernama Bapak Slamet mendirikan kursus-kursus untuk mengisi jabatan tadi yang didominasi oleh orang-orang Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka, sangat dirasakan sekali kekurangan tenaga akuntan. Pada tahun 1947, hanya ada seorang akuntan berbangsa Indonesia, yaitu Prof. Dr. Abutari. Dalam masa perang kemerdekaan (1945- 1950), kursus-kursus untuk mendidik tenaga di bidang akuntansi di lanjutkan.
Dari sini kita dapat simpulkan bahwa jaman sudah bergerak sekian lama abad berganti abad tetapi Akuntansi dan Profesinya selalu dibutuhkan, yang berubah adalah cara pengerjaan praktik Akuntansinya, cara pencatatannya, cara memahami perkembangan Dunia lewat kacamata akuntansi yang berubah.
JADI AKUNTANSI TIDAK AKAN PUNAH, KARENA DIBUTUHKAN DIKELOLA OLEH PROFESIONAL DI BIDANG INI.