Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG – Akuntan dan auditor perlu terus beradaptasi dengan kemajuan teknologi sembari menjaga komitmen mereka terhadap integritas dan kejujuran dalam laporan keuangan.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Menteri Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Helvi Yuni Moraza, di acara Parade Riset Akuntansi IX di Universitas Widyatama, Rabu (20/11/2024).
Menurutnya, profesi akuntansi memiliki peran vital sebagai pondasi utama dalam memastikan tata kelola yang baik dan pengambilan keputusan yang tepat, terutama kiat-kiat tersebut bisa diaplikasikan oleh para pelaku UMKM.
Dengan harapan dalam setiap proses bisnis harus dijaga, dan tata kelola keuangan UMKM harus lebih efisien.
“UMKM memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap APBD dan penyerapan tenaga kerja, serta berperan sebagai pilar ekonomi keluarga di seluruh daerah. Namun, banyak pelaku UMKM yang kesulitan untuk beradaptasi dengan teknologi modern,” jelasnya.
Dia menuturkan, pelaku UMKM menghadapi kesulitan dalam menerapkan teknologi terbaru dalam pengelolaan usaha mereka. Hal ini menjadi tantangan besar yang perlu diatasi, terutama dalam meningkatkan efisiensi dan daya saing UMKM di pasar global.
Rektor Universitas Widyatama, Prof. Dr. Dadang Suganda, Drs., M. Hum, menegaskan komitmen pihaknya untuk terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memperluas pengetahuan di bidang akuntansi. Salah satunya melalui Parade Riset Akuntansi.
Hematnya, perkembangan yang pesat di dunia teknologi dan regulasi memberikan tantangan sekaligus peluang besar bagi para profesional akuntansi.
“Ini adalah kesempatan emas bagi kita semua untuk saling berbagi pengetahuan. Semoga apa yang kita pelajari hari ini dapat memberikan manfaat besar dan mampu meningkatkan kualitas profesi kita,” ujarnya.
Ketua Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Wilayah Jawa Barat, Prima Yusi Sari, menegaskan bahwa kecerdasan buatan (AI) dalam dunia akuntansi tidak mengurangi peran penting akuntan, melainkan justru membantu mempercepat dan mempermudah proses pekerjaan mereka.
“Kita tidak bisa menafikan bahwa AI sangat membantu dalam pekerjaan akuntan, tetapi tetap saja akuntan itu diperlukan untuk analisis yang lebih mendalam,” ujar Prima
Menurut Prima, meski AI dapat mengerjakan tugas-tugas yang bersifat rutin dan berbasis data, seperti penyusunan laporan keuangan dan audit, namun AI belum dapat menggantikan pemikiran dan analisis kritis seorang akuntan.
“AI dapat mempercepat proses audit dan memastikan akurasi, namun akuntan tetap dibutuhkan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang informasi yang dihasilkan oleh AI,” jelasnya.
Prima juga menyinggung pentingnya pemberdayaan UMKM dalam menghadapi tantangan perkembangan teknologi, khususnya dalam penyusunan laporan keuangan yang memadai.
Menurutnya, salah satu kelemahan yang sering dihadapi oleh UMKM adalah kurangnya kemampuan dalam menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan standar, yang penting untuk akses ke perbankan dan pembiayaan lainnya.
Namun, Prima juga mengingatkan bahwa meskipun teknologi sudah ada, tidak semua pelaku UMKM memiliki keterampilan untuk mengoperasikan aplikasi keuangan dengan baik.
“Pendampingan yang kami berikan akan fokus pada bagaimana UMKM dapat mencatat transaksi dengan benar, seperti membedakan apakah pembelian barang masuk ke dalam kategori inventaris atau aset tetap,” tambahnya.
Sementara itu, Syafrizal Ikram, Ketua Program Studi Akuntansi S1 Universitas Widyatama, mengungkapkan bahwa hari ini pihaknya mengadakan kegiatan kolaborasi internasional yang melibatkan berbagai pihak, dengan fokus pada pemberdayaan UMKM di era digital.
“Kami berharap pelaku usaha kecil dapat belajar bagaimana memanfaatkan digitalisasi dalam mengelola usaha mereka, termasuk dalam hal akuntansi dan perpajakan,” ujar Syafrizal.
Salah satu agenda utama dalam kegiatan ini adalah coaching clinic, di mana para pelaku UMKM dapat berkonsultasi langsung dengan para praktisi dan akademisi terkait berbagai topik, seperti pengelolaan akuntansi, perpajakan, manajemen, dan legalitas usaha. Kegiatan ini didukung oleh sejumlah universitas dan lembaga tinggi lainnya.
Menurut Syafrizal, tantangan terbesar bagi profesi akuntan dan UMKM adalah bagaimana memanfaatkan kecanggihan teknologi, seperti kecerdasan buatan (AI), dalam penyusunan laporan keuangan dan pengambilan keputusan yang lebih baik.
“Kami mendorong UMKM untuk adaptasi dengan teknologi agar proses administrasi dan laporan keuangan mereka lebih efisien dan transparan,” jelasnya.
Syafrizal berharap, dengan adanya kolaborasi ini, UMKM di Jawa Barat, khususnya di Bandung, dapat lebih siap untuk bersaing di pasar global dengan pemahaman yang lebih baik mengenai pentingnya manajemen keuangan dan pemanfaatan teknologi.
“Sebagian besar UMKM di Jawa Barat masih belum tertib dalam pengelolaan administrasi, khususnya terkait dengan pajak dan laporan keuangan. Ini menjadi tantangan bagi kami sebagai akademisi dan profesi akuntan untuk terus mendampingi mereka,” katanya. (*)
Sumber : Tribun Jabar